Mesin Waktu

Malam ini aku berkesempatan berjalan-jalan ke masa lampau dengan mesin waktu. Kupikir pasti akan menarik, melihat kehidupan dimana aku belum terlahir.

Aku bertemu sosok papaku yang masih berusia 10 tahun, kami bermain-main di pinggiran sawah sambil mengobrol. Dia bercerita, bahwa dalam kehidupannya yang berkekurangan itu, sebagai lelaki dan anak pertama, dia dituntut untuk tidak boleh menangis, meski dunia kadang begitu kejam baginya. Dia tidak tahu, harus diapakan semua rasa sakit itu. Tidak ada tempat bercerita baginya, semua ditelan begitu saja. Kemudian aku menawarkan pundakku untuk bersandar, dia meletakkan kepalanya dan menangis, menangis sampai air matanya kering. Lalu kuberikan sebuah es krim cokelat untuknya, seketika matanya berbinar bahagia, memakannya sambil tertawa; tau bahwa dia berada di tempat yang aman. Kuharap saat itu ada orang yang memperlakukannya demikian.

Di rentang waktu yang berbeda, aku bertemu mamaku yang baru lulus SMA, kulihat dia sedang duduk di depan sebuah mesin ketik tua, ya dia sedang bekerja. Dia menceritakan aktifitasnya sehari-hari, mulai dari membersihkan rumah, memasak, menyiapkan makan untuk 6 orang adik dan keponakannya yang masih sekolah, kemudian bekerja sebagai juru ketik. Dia tidak punya pilihan, bahkan lahir dari keluarga yang sangat kaya pada masanya, tidak juga membuatnya hidup mewah dan memiliki segalanya. Dia menceritakan kehidupannya dengan sangat bersemangat, tak jarang juga melempar candaan yang disertai tawa lepas tanpa beban, setiap detail kehidupannya ia ceritakan; sebelum dunia yang sama, yang begitu ia cintai itu menghancurkan hatinya berkeping-keping. Andai pada saat itu, dia punya tempat untuk bercerita seperti ini.

Aku akhirnya memutuskan untuk kembali ke masa kini, sepanjang jalan pikiranku melayang, memikirkan tentang apa yang baru saja kulihat dan kudengar. Setibanya di masa kini, aku melihat dunia dengan lebih seksama, memerhatikan kembali bagaimana orang-orang menjalani hidup. Di beberapa bagian, aku akhirnya dapat memahami mengapa kepribadian mereka menjadi seperti yang sekarang ini, tapi di beberapa bagian yang lain masihlah menjadi sebuah misteri.


Posted

in

by

Tags: