Cita-cita

“Kamu kalau sudah besar mau jadi apa?”, “cita-citamu seperti apa?”. Pertanyaan-pertanyaan yang dulu selalu kujawab dengan tegas dan percaya diri : “Tidak tau bu!”. Lho, memangnya kenapa kalau tidak tau? Tapi yasudahlah, demi bisa mengerjakan tugas Bahasa Indonesia waktu SD itu, saya menulis bahwa cita-cita saya adalah menjadi pembalap motor. Tahun-tahun itu sepertinya adalah masa kejayaan Valentino Rossi, kebetulan ada kesamaan nama diantara saya dan Valentino Rossi, jadi siapa tahu kami memiliki nasib yang sama, pikir saya waktu itu. Dan tentu saja saya tidak serius dengan hal itu, hari-hari saya habiskan dengan mandi di sungai, berburu kumbang tanduk, bermain bola, playstation, kelereng, tamiya yang dimodifikasi trondol dengan dinamo setannya, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang jauh dari balap motor.

Sampai waktu berlalu, kira-kira ketika kelas 5 SD, teman saya (si D) yang saat itu sudah lihai bermain gitar, mengajak untuk membentuk band bersama seorang yang lain (si A), saya lupa apakah band kami punya nama atau tidak. Kebetulan waktu itu kami sama-sama suka band Blink 182, ah saya jadi merasa punya cita-cita yang beneran bisa dicapai, jadi anak band!. Kami sewa studio musik yang hanya satu-satunya di tempat kami, untuk berlatih memainkan lagu All The Small Thing dari Blink 182, durasi sewa 1 jam dan sama sekali tidak ada lagu lain. Kami tumbuh bersama lagu-lagu Blink 182, sampai saya pernah ngide “yuk bikin video klip kaya’ Whats My Age Again?” yang hanya dibalas dengan tatapan kosong oleh mereka. Tidak terhitung berapa kali kami ganti nama band karna dianggap tidak membawa keberuntungan dan terdengar alay; dan ganti personel karena terpisah harus melanjutkan sekolah di tempat yang berbeda, tapi saya dan si D selalu bersama, ntah karena chemistry kita yang sudah cocok, atau karna tidak ada lagi yang lain. Dari nama Blackhole, Gameover, Freezin’ Hell, dan segelintir nama lain yang sayapun sudah lupa, sampai akhirnya Jackfray, band yang dibentuk circa 2013, dengan personel saya, si D, dan si S, yang cukup punya keseriusan meski tetep ga serius-serius banget, tapi sudah menelurkan 13 lagu (yang sedianya akan dijadikan sebuah album bertajuk “Anger of the bloody roses). Sungguh, patah hati adalah sumber inspirasi yang baik dalam menulis lirik :D. Sekitar 2 tahun Jackfray menggeliat…. di tempat, layaknya manusia yang dipaksa bangun di minggu pagi yang dingin, bergeliat, tapi tak berpindah tempat. Perjalanan pendek band ini akhirnya benar-benar ‘mandek’, ketika kegiatan masing-masing dari kami sudah mulai padat, si D sudah bekerja, si S merintis usaha kuliner, dan saya yang sedang fokus pada Dota.

Saya, Kpop, dan Dota seakan menjadi sebuah trinitas baru saat itu. “Skripsi nanti dulu, mari play ranked bersamaku, bombayah~” yang juga pada akhirnya jadi sebuah kegelisahan bagi saya, “Apa jadi seorang ‘Pro Gamer’ aja ya?” rupanya Tuhan mengabulkan keinginanku yang satu ini, hanya saja, sepertinya lupa menaruh spasi diantara dua kata tersebut, dangggg!. Bermain Dota setiap hari dari siang sampai pagi, ternyata tidak serta merta membuat skill saya naik, beberapa turnamen diikuti dengan hasil nihil, MMR juga tidak tinggi, lalu creep mana lagi yang harus kita last hit? Akhirnya hal-hal tersebut menyadarkan saya untuk segera menyelesaikan skripsi yang tertunda. Sungguh sebuah siksaan ketika mengetik bab 1 & 2 sambil mendengarkan suara klik mouse dan keyboard yang beradu dan gelak tawa teman-teman yang sedang bermain Dota di samping saya, tak jarang akhirnya sayapun ikut login juga, “Ah tidak apa-apa, 1 atau 2 match cukup untuk hiburan dari lelahnya menulis Pendahuluan dan Kajian Pustaka”, yang ternyata game baru selesai saat dini hari, gara-gara Techies sialan yang tak pernah membuat game bisa cepat selesai (ps. hanya alasan belaka).
Tahun 2017, saya akhirnya selesai sidang skripsi, yudisium, dan mulai mencari kerja, mulai lupa juga dengan Dota.

Lalu bagaimana nasib cita-cita selanjutnya? 6 tahun berlalu tanpa adanya jawaban atas pertanyaan tersebut, mencoba berbagai kegiatan yang ternyata belum sesuai dengan kepribadian saya yang lahir di Jumat Pahing ini. Jadi saya putuskan untuk tidak perlu juga memusingkan perihal cita-cita, pun saat menulis ini, saya tidak juga sedang memikirkan akan menentukan cita-cita menjadi apa. Akhir kata, jika suatu saat ada yang bertanya tentang hal yang sama, mungkin saya masih akan menjawab dengan tegas dan percaya diri : “Tidak tau bu!”.


Posted

in

by

Tags: